Kamis, 08 April 2010

Apa Kau Tahu?

Oleh : Ahmad Zulkarnain Kelas IX



“Yang itu, Yun!”
“Ini?”
Di bawah kaki langit, di bawah gantungan awan, di bawah kepakan sayap malaikat, di bawah taburan bintang, di bawah itu semua cerita mulai bermula.
“Iya.”
Ini bukan cerita perang, horor, legenda, atau mitos.
“Silakan.”
Ini cerita cinta.
”Oke, istirahat dulu gih, sore jam 3 Loe ambil cucian Gue di Pak Sulaiman.”
Apa kau tahu cinta?
”Ya, kak”
Cinta adalah ...
Yuni lantas menuju kamarnya. Membantu saudara dan menjadi pembantu ternyata samar bedanya. Kata ’kalau saja’ yang hinggap, termuntahkan begitu saja, bukan, ini bukan karena penyesalan, ini karena ...
Definisi yang begitu membingungkan.
Saat itu usia Yuni masih begitu tak seberapa, 7 tahun. Dan 7 tahun pertama dalam hidupnya dilewati dengan bahagia, ia punya seorang yang begitu wajibnya menjaga dan melindunginya, suka-duka-suka-...
Sampai duka menerjangnya.
Ia kehilangan definisi yang membingungkan yang kedua dalam hidupnya, khianat menodai senyumnya, saat malaikat berkuasa menjalankan tugas: membawa berita duka dari ibunya, perempuan itu tak lagi bernyawa.
Tak usah kau tertawa karenanya.
Di bawah kaki langit, saat ini Yuni sedang merebahkan badannya 5 tahun setelah itu atau sekarang dari 5 tahun lalu, tahun 2004, di rumah mewah ia bernaung bersama Om, Tante, dan keponakannya untuk menjadi saudara dan membantunya.
Di bawah gantungan awan, sebuah kurva yang semakin naik karena ’sesuatu hal’ telah membumi hanguskan kemalasannya yang sebelumnya terpelihara saat Yuni masih menjadi anak pada umumnya, memberi kado raport merah.
Di bawah taburan bintang, Yunita Anggraeni, 12 tahun di tahun 2004 ini, masih akan membantu jam 3 nanti, masih 2 jam lagi. Ajaib, seketika tabung elektron penembak piksel bernama televisi mengeluarkan cahaya saat sinar infra merah remote beraksi, lalu tampillah air asin Samudra Hindia yang jalan-jalan ke Aceh dengan kecepatan sekitar 800 km/jam yang membuat orang lain secara formal ikut-ikutan bela sungkawa, sebiji bom atom pun tak lebih hebat dari salah satu kuasa Yang Maha Berkehendak. Tak lama atas kuasa-Nya pula Yuni tidur bersama televisi yang error, tidak muncul gambar apapun, biasa disebut gejala dimatikan.
Pukul 15.00.
Ia masih tidur
Pukul 15.49.
Ia bangun, melihat foto pria berjas pemimpin suatu Republik berikut jam dinding di sebelahnya. Karena bukan rahasia ini cerita cinta, maka efek dramatis harus ada, Yuni kaget melihat jam yang diam tak mengagetkannya, kemudian buru-buru menjalankan misi yang diamanahkan Kak Jessica, 14 tahun, keponakannya, yakni mengambil selimutnya di laundry Pak Sulaiman, tak jauh, kalau dengan Yamaha YZR-M1 yang dikendarai Mas Rossi. Tapi lain lagi ceritanya kalau harus didramatisir, Yuni mengendarai sepeda yang baik jalannya yang memang jatahnya. Sayangnya tidak terjadi apa-apa, misal ada laki-laki tajir membawa buku tak sengaja ditabraknya, kemudian Yuni sebagai orang baik membantu mengambil buku orang tadi, di saat bersamaan orang tersebut juga mau mengambil dan ending-nya, tangan mereka bersentuhan. Oh roman sinetron abad 21. Sayangnya tidak terjadi apa-apa
“Pak, selimutnya Kak Jessica udah jadi?” tanya Yuni sesaat setelah berhasil mencapai tujuan tanpa terjadi kejadian seputar merah muda rasa
“Udah neng, ini.”
“Makasih mang, biayanya berapa ya?”
“Rp 20.000,00.”
Setelah melaksanakan transaksi Yuni kembali secepatnya, takut kena tilang keponakannya yang tak mau kalah debat. Hawa pegunungan Bandung masih sama seperti sebelumnya, sejuk. Menikmati panorama kebun teh di tengah perjalanan amal bersama selimut adalah salah satu dari sedikit pengobat jenuh dari rutinitas perintah Om dan Tantenya plus si ‘tak mau kalah debat’. Parijs Van Java, sejuknya.

---

Sebentar lagi Matahari Bandung akan menanggalkan sinarnya, sekarang pukul 5 sore, di rumah Om Farhan tidak ada kebahagiaan yang didapatnya dulu, dulu sekali, di sebuah kota metropolis pusat Jawa Tengah, di rumah kecil nan asri, di Semarang.
Apa kau tahu Semarang? Sebuah pesona Asia? Kota yang dianugerahkan Tuhan dengan limpahan air-Nya--terlalu lebih malah-- yang penduduknya takut air ketika mendung menyapa, walau banyak juga yang berhasil mengalahkan takutnya dan jadi atlit renang. Tapi yang paling hebat adalah: Semarang is capital of Central Java! Sebuah ibukota di tengah gemah ripah lohjinawi! Apa kau tahu itu? Apa kau percaya itu?
Dan di Semarang itu, dan di rumah kecil nan asri tempat tinggal pertama Yuni itu, definisi yang membingungkan episode 1 dan 2 hilang. Yunita Anggraeni, 12 tahun, 7 tahun saat itu, tidak bisa lagi mengucap salam pada ibunya yang telah pergi jauh, dan seorang personel mal Giant, ayahnya, sudah membimbing Sang Ibu pergi jauh 1 tahun sebelumnya. Tak disangka, ia harus menghadiahi ibunya untuk terakhir kali dengan penyesalan kurva menurun, penyesalan karena hasil yang menurun, hasil akademik. Disangka pun bisa, masa lalu tidak bisa dirubah, semua tahu saat semua sudah terlambat, sayang sekali.
Sejak itu, Omnya, Drs. H. Farhan Pramuditya, MT, menawarkan pada Yuni semacam Job Vacancy, disekolahkan dengan syarat dan ketentuan berlaku, mudah saja, hanya menjadi pembantu dengan label ‘membantu saudara’, itulah kenapa membantu saudara dan menjadi pembantu samar bedanya
“Tapi aku boleh bawa sepedaku kan?” tanya Yuni saat itu sambil menunjuk sepeda yang memang miliknya, sepeda perempuan, merah delima dengan sedikit corak coklat karat, begitu menggoda, untuk dijual.
Melihat sepeda itu Om Farhan hanya mengangguk miris, walau sebenarnya sinis, mungkin ia membatin ”Anak kakakku memang pantas jadi babu rumahku”. Sungguh memprihatinkan, sungguh merepotkan, apa jadinya garasi yang biasa untuk menginap Toyota Innova tipe G disandingkan dengan sepeda butut yang masih saja bertuan?
Maka sejak itu, sejak lolos seleksi Job Vacancy, di rumah perbukitan Bandung Utara, semenjak definisi yang membingungkan satu per satu hilang, semenjak ia mengamini permintaan terakhir ibunya untuk belajar lebih keras agar bisa menjadi pengobat orang saat ia terpisah dari garda depan sekolah—terakhir kalinya sebuah raport merah Yuni untuk ibunya, penyesalan semenjak kurva yang terus menurun, di depan raga sang ibu Yuni bersumpah:
”SAYA YUNITA ANGGRAENI, MULAI SAAT INI AKAN BERUSAHA MEWUJUDKAN CITA BAPAK, CITA IBU, DAN CITA YUNI UNTUK BERSEKOLAH SETINGGI-TINGGINYA, DIMANAPUN, AGAR BISA MENJADI DOKTER, WALAU SEMUA MEREMEHKANKU”
Apa kau pernah?

---

5 tahun kemudian Bendera Merah-Putih berkibar elok di tengah barisan biru muda-putih yang tak kalah eloknya, dan didepan barisan itu, disamping indahnya bendera merah-putih, para pemakai seragam dinas berjajar, rapi sekali. Di tengah semua elemen sekolah berdiri sosok yang biasa digambarkan berkaca mata tebal, berkumis, memakai seragam dinas dan dipastikan gentle tulen, dialah Bapak Kepala Sekolah yang kita hormati
Hari Senin yang cerah adalah hari upacara yang temanya tak jauh dari kisah heroik pejuang yang sukses berjuang membela kebenaran, dan bapak yang kita hormati pun sedang menyampaikan serupa. Tapi hari Senin tahun 2009 ini punya 1 perbedaan latar, di bawah tiang terdapat sebuah meja, meja biasa, tetapi barang di atasnya, sebuah logam yang dibentuk indah, dicat kuning keemasan dengan ornamen kecil, dan tulisan kebanggaan pembuat prestige naik ‘Juara 1 Lomba Mata Pelajaran Tingkat Kota Bandung 2009/2010’, sebuah piala! Benar-benar sebuah piala dari lomba yang diikuti Yuni beserta siswa lain yang dipilih untuk memiliki kebanggaan
Setelah bapak kepala sekolah puas menunjukkan beliau pintar pelajaran sejarah beliau berkicau merdu kembali menyampaikan intro perihal piala prestige, agak lama memang, kemudian dilanjutkan penyerahan piala pada yang berhak, apa kau tahu siapa?
Akhirnya setelah bertahun-tahun lamanya sumpah tanpa dusta telah Yuni pertahankan ia mendapati hasil menakjubkan yang kata orang adalah sebuah keadilan, Yunita Anggraeni, 17 tahun, kelas 3 SMA, sampai detik terakhir tak jua disebut namanya, dan piala itu, piala penaik prestige itu, bukan untuknya, sama sekali bukan. Apa kau tahu kekecewaan orang yang berhari-hari belajar, berdoa, belajar lagi, dan berdoa lagi tanpa lupa membantu saudara mendapati keadilan di akhirnya? Apa kau sungguh-sungguh tahu?
Dan saat ini, saat hujan Februari masih saja nyata, tahun 2009, dalam alunan upacara, satu prajurit yang kita sebut saja ‘Siswa Pintar’ maju ke depan dengan gagahnya seperti orang yang berhasil membelokkan orbit Planet Nibiru, seperti orang yang mendapat Nobel Perdamaian 2009 yang bapak tirinya adalah WNI original. Dan ia begitu girang seperti calon yang menghadap bapak-bapak ketua dan wakil suatu republik. Sungguh, laki-laki inilah pemilik piala itu, walau Siswa Pintar tak bersumpah, walau Siswa Pintar tak membantu saudara, walau Siswa Pintar tak sering berdoa, tapi Siswa Pintar tetap sah pemilik piala, begitulah nasib yang telah digoreskan Allah, Sang Maha Berkehendak!
”Nanti ya!” ucap Yuni pada seorang siswa pemilik piala seusai upacara
”Ha?”
”Nanti di rumahku”
”Oh iya”
Pagi telah berganti menjadi siang, daerah pemilik oncom dari olahan jamur Neurospora crassa memasuki babak baru
“Assalamualaikum” salam Siswa Pintar pada penghuni rumah mewah mepet rumah mewah
Tak berapa lama Yuni keluar, siang ini di rumah hanya ada Yuni, Om Farhan rutin di kantor, Tante rutin di rumah ibu-ibu lain untuk sharing berita terbaru, dan Kak Jessica yang terlahir 2 tahun lebih dulu darinya sedang rutin di mall, hang out
“Waalaikumsalam, mari masuk!”
Siswa Pintar yang benar-benar pintar masuk, ia tak tahu gadis 17 tahun penggiat kurva naik ini mempersiapkan sesuatu untuknya, sebuah pertanyaan! Mungkin pertanyaan yang menyangkut hubungan laki-laki dan perempuan, sebuah pertanyaan pengganti status. Aneh, kekecewaan menimbulkan definisi yang membingungkan
“Udah lama ya?”
Diawali dengan sedikit basa-basi, lalu tunggu sampai jawaban khas laki-laki lewat
“Nggak kok”
“Eh Sis, aku mau tanya, jawab sedetail-detailnya ya”
Berani juga Yuni langsung pada pokok pembicaraan
“Tanya apa?”
Siswa Pintar tampak memancing pertanyaan
“Gini Sis, kok kamu bisa menang lomba, rahasianya apa? maaf lho bukannya ngejek”
Ternyata bukan pertanyaan pengganti status
“Kalau itu sih pasti kamu tahu, yang pengen kamu tanyakan kenapa bukan kamu begitu kan? mudah, karena pengalamanku lebih banyak dari kamu, karena itu ...”
”Tapi kan nggak ada yang nggak mungkin selama mencoba” Yuni memberikan argumennya
”Semua butuh proses Yun, bagi siapapun itu, kenapa bukan kamu, karena kamu tak berusaha lebih keras dariku, saat kamu belajar apa kamu pikir aku nggak belajar, aku lebih punya pengalaman di bidang ini dari kamu, aku selangkah di depanmu dan sudah melewati proses mencari pengalaman itu, tapi kamu belum, tidak ada keberhasilan dari sesuatu yang instan bukan? Maka kamu harus melewati setiap tahapan walau pertamanya gagal, dan percayalah satu hal, mimpi dari orang berusaha adalah mimpi indah yang nyata” khotbah Siswa Pintar memberi motivasi
Yuni diam tapi sudah menyetujui Siswa Pintar. Seorang junior dikatakan megalahkan senior ketika ia berusaha lebih banyak dari pendahulunya untuk meraih mimpi, mimpi yang berawal dari sumpah yang menjadi benang merah pendorong kehidupan manusia, mimpi yang diwujudkan dari kesungguhan ’Aku bisa’ untuk tidak berhenti bercita, dan mimpi yang diakhiri kebanggaan untuk bertanya pada orang lain ”Apa kau bisa juga?”
Ya Allah, berilah hamba-hambamu mimpi indah yang nyata. Amin.

---

”Yuni, kesini sebentar, Nak” perintah Om Farhan
”Ada apa, Om?”
”Begini Yun, kamu disini sudah Om anggap anak sendiri, kamu sudah membantu banyak sekali, Om sendiri juga sudah menyekolahkanmu, kamu tahu lah, tapi...” Om Farhan mencoba basa-basi dahulu di balik sifat sedikit antagonisnya
”Bukannya Om tidak mau ya, tapi kalau yang berhubungan dengan dokter Om nggak bisa bayarin kamu, Om kan juga punya anak-istri yang harus dinafkahi, kalau cuma untuk bayar pendidikanmu jadi dokter Om angkat tangan, maaf ya, lagian kenapa harus dokter?” tanya Om Farhan yang sebetulnya juga protagonis
Petir berhamburan menerjang menyerang harapan, elok nian mimpi dikalahkan uang, kapan Indonesia menerapkan rumus ”Sekolah gratis = Kesempatan mencetak generasi sukses lebih besar + peluang Indonesia semakin maju semakin besar” ini? Apa terlalu sibuk memikirkan rencana 5 tahun ke depan sampai lupa investasi bagi generasi muda?
Yuni berpikir dalam, kalau ia menyerahkan nasibnya pada takdir yang nyatanya ada yang bisa dirubah, kata ’kalau saja’ akan mewarnai hidupnya seperti sedia kala, Om Farhan masih menunggu jawaban Deal or No Deal sembari menonton artis tapi bukan manusia, adalah televisi, menayangkan sosok wanita cantik bernama Maria Ozawa yang diributkan manusia normal dan lebih normal, Gempa Padang akhir bulan nanti yang lebih mengerikan dari film Saw pun tak lebih menghebohkan. Terlalu
Adalah sebuah anugerah Edison menemukan bohlam yang dapat memancarkan sinar sendiri, seperti sebuah harapan yang tadinya buntu ternyata bisa terwujud, dan saat ini, Edison membantu lagi dengan menemukan bohlam yang menyala bila diletakkan di atas kepala, sebuah ide!
”Yuni sudah janji sama Ibu untuk kuliah jadi dokter, gimana kalau sebagian dibiayai dari beasiswa, Om?
Sebuah counter dari harapan menyerang balik petir, siapa yang akan menang?
Om Farhan tidak menyadari satu kata pembalik keadaan, terpaksa Om berjenggot mempesona ini berpikir lagi. Sebuah takdir dari Yang Maha Berkehendak menentukan nasib seorang gadis yang tengah diujung jurang kebuntuan yang dengan sepenuh hati berjanji menjadi dokter, sebuah cita yang diberikan orang tua pada umumnya, dan saat ini, keputusan Tuhan akan terucap jelas oleh jawaban Om Farhan
”Asal kamu bisa dapat beasiswa minimal 3 semester Om coba bantu kamu”
Sungguh, Tuhanlah yang berhak menentukan.

---

Euforia kebebasan berkekspresi telah selesai dengan hasil coretan anak bangsa ada dimana-mana, di dinding, jalan, papan tulis sekolah, sampai baju biru muda-putih mereka. Semua hanya menandakan 1 hal, musim ketiga di Indonesia setelah musim kemarau dan musim hujan, sebuah musim kelulusan!
Setelahnya, dilanjutkan musim keempat yang begitu ada-ada saja di September 2009 ini, sebuah musim istimewa yang dialami orang naik tingkat ke jenjang berikutnya, tak main-main, status orang yang mengalaminya pun tidak sembarangan, mahasiswa, ternyata kata ’Maha’ juga bisa dimiliki manusia. Pengajarnya pun namanya tidak boleh sembarangan, dosen, kedengaran seperti gelar profesor di ’tanah asalnya’. Itulah musim pendaftaran, sungguh menakjubkan
Kata menakjubkan juga afdol dicapkan untuk Universitas Murah Bandung, berdiri di pusat kota Orang Sunda yang begitulah. Murah dan berkualitas, adalah kata yang diincar konsumen pendidikan yang afdol dicapkan untuk UMB
Disitulah Yuni sekarang sebagai mantan siswa SMA, membawa map yang—hanya ingin—minta ampun, dan mengalami musim pendaftaran kelima dalam pengalamannya, saat ini Yuni akan mengikuti prosedur formal seleksi penerimaan mahasiswa baru yang ada-ada saja, setelah beberapa hari sebelumnya mendaftarkan namanya pada daftar calon mahasiswa kedokteran yang sah
”Silakan dikerjakan, waktunya 2 jam, terima kasih sebelumnya telah memilih UMB sebagai universitas pilihan Anda” seorang penjaga tes yang berjas berkata, dialah calon dosen Yuni yang melobi rektor untuk menjaga tes agar income gajinya bulan ini sedikit naik
Yuni asyik mengerjakan soal psikotes, heran, soal yang sulitnya melebihi memilah jawaban yang benar pada pelajaran Bahasa Indonesia dilewatinya dengan lancar. Tentu sudah kodratnya manusia penjaga image tidak akan menggaruk-garuk kepala, sekedar melamun dengan dunianya, berdoa tapi tak belajar istikamah sebelumnya, atau berwisata pandangan untuk mencocokkan jawaban sebelahnya dengan jawabannya yang nyatanya masih kosong, tokoh utama yang dipastikan protagonis pun demikian sifatnya
Jangankan mendapat beasiswa, apabila Yuni tak lulus di tes pemilihan mahasiswa baru ini impiannya pun kandas, dan jadilah ia harus membantu saudara full time sampai ia dijemput pangeran pada waktunya, untuk itu, tidak ada satu pun tes yang diremehkan, seperti psikotes yang mudah bagi Einstein sampai wawancara dengan orang yang merasa ahli karena memang ahli di bidangnya
7 hari dilewatinya seperti seminggu untuk berikhtiar, sekarang Yuni sudah siap untuk melihat takdirnya setelah 1 minggu yang lalu mengikuti seleksi, pengumuman pendaftaran di kampus bisa dibayangkan anak SMP sekalipun, bersenggol ria bersama kerumunan calon lain adalah hal wajar pada musim keempat yang ada-ada saja ini, alternatif yang diciptakan untuk memudahkan manusia termasuk memberikan komentar status teman pun akhirnya yang dipilih Yuni, itulah internet, online, atau istilah-istilah lain yang hi-tech dan diberi perlakuan berbeda dengan kata yang dimiringkan yang menjadi cirinya
Jam 9 pagi Yuni berangkat setelah sebentar menghela napas dari balas budi untuk Omnya, warnet terdekat ada di desa sebelah karena rumah mewah mepet rumah mewah adalah perumahan elite yang dikelola swasta walhasil tidak ada satupun usaha jasa maupun barang yang nampak, siapapun juga berpikir developer lebih memilih membangun rumah untuk orang sangat mampu daripada membangun warnet, lokasinya saja di kaki gunung
Sebuah laman web resmi UMB telah dibukanya, ia meneliti satu per satu nama orang beruntung yang ada di tabel mahasiswa baru. Akhirnya ia mendapati lagi hasil menakjubkan yang kata orang adalah keadilan, Yunita Anggraeni, namanya telah tertera jelas di kumpulan nama pengobat masa depan. Alhamdulillah, syukur telah terpanjatkan pada Yang Maha Berkehendak
Dengan ini tinggal 1 rintangan agar ia bisa membanggakan mimpinya pada orang lain, rintangan mendapat beasiswa, patokan pun hanya 2, diterima atau tidak. Bersiap maju ke depan atau mengulang dari awal.
Maka hari ini, hari di mana Surya masih elok bersinar, hari di mana awan masih di atas, hari di mana Parijs Van Java masih menyimpan kesejukannya, hari di mana SBY masih menjadi presiden, hari di mana pertaruhan masih berlanjut, akan menjadi hari tes mendapat beasiswa
Tetap di kampus UMB, ada 2 tes meliputi Tes Potensi Akademik dan wawancara setelah mengumpulkan berkas pendaftaran, dengan Tes Potensi Akademik diujikan hari ini, inilah usaha Yuni yang terakhir setelah berusaha 9 halaman lamanya yang menjadi awal usaha selanjutnya. Sedang hasilnya dikirimkan lewat pos setelah beberapa dekan prihatin dengan pak pos di iklan Djarum lebaran lalu
Tak sampai 1 minggu surat berlabel Universitas Murah Bandung datang dengan pak pos, dibacanya surat itu dengan hati-hati sampai ia menemukan kata dicetak tebal dengan huruf balok, kata yang menjadi penantian sejak sumpah 10 tahun lalu saat Yuni menghadiahkan raport merah yang menjadi raport terakhir yang dibaca Sang Ibu, kata yang ditunggu setelah sekian lama ingin mengubah nasib, kata yang harus ditunjukkan pada Om Farhan untuk menagih janjinya, kata yang membuat sujud syukur terlaksana dengan indahnya, kata yang menjadi akhir ikhtiar dan awal usaha selanjutnya untuk mewujudkan mimpi indah yang nyata, kata itu adalah ...
Apa kau tahu?

Jumat, 13 November 2009

FIRST LOVE

Oleh : Sheila Annisa S., Kelas VII A SM Al Firdaus

Bruk … suara benda jatuh. Hampir semua orang di ruangan itu kaget. Jatuhnya es teh yang kupegang ternyata bias mengalihkan perhatian orang-orang yang ada di ruangan itu, dan juga membuyarkan lamunanku. Aku malu saat itu terjadi. Aku langsung pulang.
Dirumah, mamiku bingung melihat anak semata wayangnya berlari masuk rumah tanpa mengucapkan apapun. Di hampirinya aku yang sedang berbaring di kamar.
“wid, kamu kenapa sayang? Kok tiba-toba masuk sambil berlari?” kata mamiku dengan lembut. Maklum aku anak tunggal jadi aku anak yang manja.
“Nggak apa-apa kok mi. widy hanya sedang malu mi” jawabku pada mamiku tercinta.
“Hayo widyku sayang kamu kenapa? Klo menurut mami kamu lagi jatuh cinta ya? Hahaha bercanda sayang.” Kata mamiku dengan lembut. Huh mamiku ini memang auka bercanda. Jadi pembaca harap maklum.
“Ih mami bisa aja. Widy kan malu mi.” jawabku malu. Wajahku yang putih ini dihiasi merah pipiku. Rasanya aku semakin manis saja. Hehe… PDnya aku
“Oh ya sudah wid, mami percaya kamu kok wid.” Kata mamiku sambil bercanda.
Ya ampun. Siapapun tolong aku. Aku ini kenapa. Kayaknya aku malu saja jika melihatnya. Apa lagi dekat dengannya. Kayaknya ada yang bergerak di dadaku ini. Mungkinkah ini…. Cinta pertamaku???? Aku ingin bertemu lagi dengannya. Tapi…. Kapan??? Apalagi aku nggak kenal dia. Uuhh smoga aku bisa ketemu dengannya. Amiiin (bkan mengejak pak amin).
Hari senin, hari yang paling aku benci. Upacara bendera. Tapi aku senang bisa ketemu Kevin, Tryan, dan Raka . Sahabat – sahabatku. Aku memang anak yang manja. Tapi teman – temanku cowok semua.
Saat bel pulang berbunyi, aku dan 3 sahabatku pulang bersama. Tiba – tiba ada motor yang menghampiri kami. Kami kaget kecuali Kevin. Dia langsung naik ke motor itu. Aku yang sangat kaget itu pun bertanya.
“Hey loe siapa? Gue belum pernah liat loe disini. And loe siapanya Kevin?” tanyaku penasaran. Tapi dia hanya tersenyum manis. Senyumnya menarik hatiku. Memikat hatiku. Dia membuka helmnya. Aku senang tapi…Kevin malah marah – marah.
“Kakak!!!! Kenapa kakak nggak bisa cepetan dikit kek. Gue pingin cepet – cepet sampe rumah and makan.” Kata Kevin sambil marah – marah ke cowok manis yang ternyata kakaknya Kevin. Aduh tuh keluarga lucu ya. Papinya cakep, maminya cantik, kakaknya cakepnya luar biasa, kevinnya cakep and manis, and adiknya cuantiknya bu, bu.
Langsung ya ke pokok masalah ceritanya. Soalnya penulisnya dah pegel – pegel. Pasti pembacanya juga. Okeh ayo ke pokok masalah.
Gini 2 minggu kemudian setelah kejadian mengejutkan diatas tadi (kalo nggak tau baca lagi sana. Males cerita lage). Okeh. Aku dan raka, tryan, and Kevin plus kakaknya Kevin, jalan – jalan ke taman safari. Kita naik mobilnya Kevin. Yang nyetir kakaknya Kevin. (nggak mungkin papinya yang nyetir, kasihan amat kalo itu terjadi). Tapi yang membuatku senang sekali adalah Kevin menyuruhku duduk di depan. Duduk di sebelah kakaknya Kevin. KYAAA. Bahagianya aku. Karena aku sudah kelas 2 SMA aku mulai di bebasin mami and papiku pergi bareng temen – temen. LANJUT  di mobil aku mendengarkan musik lagu Vierra-rasa ini, dan Gita gutawa feat Duo Maia- aku mau tapi malu.
Aku menyanyi di mobil. Kakaknya Kevin melihatku dengan tersenyum. Lalu bertanya.
“Eh dek, aku belum kenalan sama kamu ya. Namaku Derryansyah. Panggil aja derry.” Katanya manis.
“Oh ya. Ka’….” Belum selesai menjawab udah dipotong
“Derry aja. Nggak usah pake ka’.” Kata derry.
“Iya der. Aku widy soediro niclany. Panggil aku widy.” Kataku menjawabnya dengan senyum termanisku. Hihihi
Kami ngobrol ngalur-ngidor. Pkoknya nggak nentu degh. Sampai akhirnya dia bilang begini kepadaku.
“Eh wid, katanya Kevin kamu suka sama aku ya?” tanyanya.
“Eh???? E… iya der. Se.. sebe… narnya… aku suka kamu. Tapi… aku malu. Maafin aku ya der.” Jawabku ragu.
“Hahaha.. nggak perlu minta maaf koq wid, sebenarnya aku jga ska kamu. Hmmm… jadi kamu mau nggak jadi pacarku??? Pleace mau yaw id.” Pintanya. Aku kaget mendengarnya aku sebenarnya mau. Tapiiii… aku masih mau bebas.
“Sorry adja ya der… tapi aku pingind bebas aja. Mending kita temenan aja.” Jawabku. Setelah itu aku sama dia temenan. Hiks hiks kasihan widy.

CELLERY

Oleh :Nadira, kelas VIIA SM Al Firdaus

“Hai…kata,”Cellery.
”Hai juga…” kata ke-3 sahabatnya. Cellery Mutia Putri adalah nama panjang dari Cellery yang sekolah di SMA Citra Internasional Bangsa. Ia punya tiga sahabat yaitu Chintya, Sasnia dan Helly. Mereka sudah bersahabat sejak kelas 7. Cellery bersekolah di sekolah menengah yang berstandar Internasional, dimana dalam komunikasi, pengantar pelajaran menggunakan bahasa Inggris, tetapi bahasa Indonesia dan bahasa daerah juga digunakan. Hari Senin dan Kamis menggunakan bahasa pengantar bahasa Inggris. Selasa dan Jum’at memakai bahasa Indonesia. Rabu dan Sabtu berbahasa jawa kromo halus. Anak-anak yang bersekolah di sana bukan anak sembarangan. Anak yang bersekolah di CIB adalah anak yang berprestasi tanpa memandang status ekonomi. Fasilitas CIB sangat memadai. Ada Laborat bahasa, Laborat Sains, Perpustakaan, Lapangan Basket, Lapangan Sepak Bola, dan kantin seperti food court. Waaaaahhhhh, pokoknya keren dech…..
Cellery pintar di bidang biologi dan ikut memperkuat tim basket CIB. Setiap ke sekolah dia naik sepeda biru dengan bel khasnya toeeeettttt………...toeeeeeeeeetttttttttt…… seperti klakson bis yang selalu bikin kaget orang sekitar. Tas ransel bertuliskan: Say No Narkoba, Prestasi YES!!!! bertengger dipunggungnya. Sepatu kets corak batik dan kaos kaki pendek selalu menemaninya. Yang khas lagi Cellery selalu bercelana panjang dan berjilbab. Hari Senin adalah hari yang tidak disukainya, karena ia harus memakai rok. “Ahhh ribetnya.” itulah komentarnya.
Teeeeettttt…………… teeeeetttttttt………
Bel tanda masuk kelas berbunyi, anak-anak pun masuk ke kelas. Bunyi sepatu hak tinggi Ms Sarah sudah terdengar. Beliau adalah guru asuh di Kelas 10A dan mengajar bahasa Inggris.
“Anak-anak hari ini kita mendapat murid baru. Sekarang kita beri kesempatan agar memperkenalkan dirinya.”
“My name is Andhika Pratama and you can call me Dhika. Saya pindahan dari Surabaya.”
“Sudah punya cewek belum?” celetuk Helly sambil cengengsan
“Helly! coba kamu rem dikit candamu, tanyakan saja prestasinya,” tegur Ms Sarah
“Hehehe….iya Ms. Prestasi apa yang telah kau raih Dhika?” ujar Helly
“Di sekolah lama saya sebagai anggota OSIS yang membidangi olah raga, Kebetulan hobi saya basket dan saya memperkuat tim basket sekolah”
“Cihuiiiii…..Cellery punya tandingan ni yee…. eh tandingan atau partner?” celetuk Chintya
Wajah Cellery seketika itu berubah merah, karena pada saat itu dia memang lagi terpesona dengan Dhika
“Nah anak-anak, cukup sekian perkenalannya. Kalian bisa lanjutkan pada jam istirahat. Sekarang buka bukunya halaman 105. Kerjakan activity 1. Cellery, kumpulkan pekerjaan teman – temenmu jika sudah selesai.” kata Ms Sarah
“Siap kerjakan Miss!” jawab Cellery
Teeeeeeetttttt……teeeeettttt……..
Bel tanda istirahat sudah berbunyi, berempat pun segera berlari menuju ke kantin. Sambil menunggu makanan datang mereka bercanda.
“Gimana Cel, tertarik sama Dhika?,” Celetuk Helly secara tiba-tiba
“Bisa-bisa Cellery mengganti celana panjangnya dengan rok panjang.” Ujar Chintya sambil tertawa-tawa.
“Sepatu ketsmu diganti hak tinggi, bel sepadamu jadi tuiittttttt…….” Kata Sasnia,
Berempat tertawa terbahak-bahak. Tidak tampak wajah marah Cellery walaupun dicandai teman-temannya. Inilah salah satu sifat Cellery yang sangat disenagi teman-temannya. Tiba-tiba…
“Hai….. Boleh duduk disini?” Tanya Dhika.
“Oh… boleh, boleh silahkan.” Jawab Cellery tergagap-gagap….
“Geser-geser beri kesempatan buat Cellery dong..” Canda Sasnia.
Pipi Celery tampak kemerahan tapi dia senang karena dia duduk dekat Dhika. Dari pertama Cellery lihat Dhika dia sudah tertarik dengan prestasinya.
Waktu seolah cepat berlalu, tak terasa bel pulang sekolah berbunyi. Cuaca mendung, takut kehujanan Cellery cepat-cepat ke penitipan sepeda. Dia kayuh cepat-cepat sepedanya, tiba-tiba. Brrraaaaaaakkkkkkk. “Innalillahi.” Jerit Cellery. Terkejutlah Cellery karna ia menabrak seorang penyebrang jalan yang berlari. Celery segera menolong orang yang ditabraknya.
“Lho kok kamu Dhika. Maaf aku tadi naik sepeda ngebut. Karna aku takut kehujannan. Kamu gak apa-apa kan. Apanya yang luka.” Tanya Cellery nyerocos aja.
Dhika berdiri sambil menahan sakit tangannya.
“Aku gak apa-apa. Hanya lecet sedikit. Aku juga minta maaf. Karena nyebrang jalan gak tengok kanan kiri. Karna seperti kamu takut kehujanan.”
Byurrr… Hujan deras mengguyur. Mereka berdua tanpa dikomando berlari mencari tempat berteduh.
“Hellooww….. kehujanan ya…… mau pulang bareng aku atau mau nungguin hujan reda bareng Dhika, Cel??” kata Helly. Dalam mobil tampak Helly dan Chintya senyum-senyum.
“Eh iya. Ada apa? Hujan deras nihh, aku gak denger.”
“Hayo kesempatan ya Cel. Hujan-hujan berduaan.” sahut Chintya.
“Gak tuh.” Melototi mereka berdua.
Dengan cueknya mobil mereka berlalu meninggalkan mereka berdua. Sebentar kemudian hujan reda Cellery dan Dhika balik ke rumah masing – masing.
Hari ini hari Jum’at, tidak ada pelajaran hanya ekskul. Cellery ikut basket karena dia sebagai tim basket sekolah, dan keputrian (seperti belajar make-up,memasak,dll) karena disuruh ibunya.
Teeeettttt…………teeeeettttttt………….
Bel tanda dimulainya ekskul. Ekskul Cellery dan Dhika yang pertama yaitu basket. Sebelum melakukan permainan guru pembimbing meminta anak-anak untuk pemanasan dulu, dilanjutkan lari keliling lapangan lalu bermain basket.
Selesai ekskul basket, Cellery dan Dhika ke kantin mereka tampak akrab mengobrol. Teman-teman Cellery pun langsung bergabung. Dan mengobrol.
Ada semut ada gula, dimana ada Cellery disitu ada Dhika. Mereka berdua sepakat berpacu dalam prestasi dan memajukan tim basket CIB. Siapa yang prestasinya lebih rendah harus mentraktir selama tiga hari berturut-turut.

Selasa, 05 Mei 2009

Sahabat Terbaik


SAHABAT TERBAIK

Oleh : Aminah Lina,
Kelas 6B SD Al Firdaus

Hai, namaku Ditto, aku tinggal di Bandung. Semalam hujan deras membasahi kota Bandung. Malam itu, di tidurku yang nyenyak, aku bermimpi bertemu dengan ayahku. Ayahku sudah meninggal ketika aku masih kecil. Namun mimpiku terpotong oleh suara jeritan adikku, Yunna. Adikku yang berumur dua tahun ini kaget sekaligus takut mendengar gelegar petir, di tengah hujan deras yang sejak tadi malam mengguyur tiada henti. Ditambah baju Yunna yang basah. bukan karena ngompol akan tetapi terkena tetesan air hujan dari atap rumah yang bocor. Rumahku yang bisa dibilang seperti gubuk itu bocor di beberapa bagian.
Ibu menenangkan Yunna sambil sibuk mencari plastik untuk menambal atap rumah yang bocor itu. Aku langsung bangkit dari tidurku karena teringat akan mading yang kukerjakan bersama teman-temanku tadi siang. Namun belum sempat aku menyelamatkan buku-buku dan mading itu, tiba-tiba terdengar suara ibu memanggilku untuk memegangi kursi yang akan dinaiki untuk membetulkan atap. Dengan sigap aku memegangi kursi agar ibu tidak jatuh saat menambal genting.
Hujan yang semakin deras, membuat atap rumah kami sesekali terangkat oleh angin yang bertiup demikian kencang itu. Atap yang telah ditempeli plasik itupun tetap dialiri air.
Aku kembali teringat akan mading, buku-buku, sepatu dan barang-barang sekolah lainnya. Saat aku menuju ke arah karyaku dan teman-teman, ternyata aku sudah terlambat menyelamatkannya. Ya, karena mading karyaku dan teman-teman itu bukan hanya basah, namun huruf-hurufnya pun luntur terbawa air.
Pikiranku langsung terbayang bagaimana jadinya ketika besok aku masuk sekolah. Memang guruku di sekolah yang bernama bu Afifa itu tidak galak sama sekali. Jika di sekolah ia biasa dipanggil dengan bu Fifa. Ia tidak pernah menghukum murid-muridnya. Paling Ia akan menyuruh murid yang melanggar peraturan untuk berlari mengelilingi lapangan atau memberi tugas tambahan sebagai hukumannya. Itupun juga tidak banyak, tidak seperti guru-guru lainnya. Setelah itu bu Fifa akan menepuk-nepuk bahu kami dan memberi nasehat yang singkat, padat namun jelas dan tidak menyinggung perasaan. Dan yang paling kami sukai dari bu Fifa adalah cara mengajarnya. Kadang-kadang menggunakan game, kadang-kadang bercerita, kadang-kadang mengajak kami ke taman. Katanya sih biar kami tidak bosan dengan pelajaran yang diberikan.
Jadi bu Fifa tidak akan jadi masalah. Tapi … yang membuat aku gelisah adalah, saat aku terbayang wajah Aviv, Floren dan Reza yang begitu bersemangat mengerjakan mading ini. Dan sekarang aku pula yang merusakan mading ini. Apa kata Aviv, Floren dan Reza besok? Mereka pasti akan menyalahkanku habis-habisan. Padahal setelah naik kelas V ini kami berempat sudah bertekad untuk menjadi murid yang baik. Selain bosan akan hukuman, kami juga kasihan kepada bu Fifa. Bu Fifa terlalu baik dan lunak pada murid-muridnya, tetapi justru banyak murid yang meyepelekan. Oleh karena itu kami berempat bertekad untuk tidak mengecewakan bu Fifa lagi. Namun apa kata bu Fifa besok ketika melihat kelompok kami tidak bisa menunjukkan tugas mading kami?
Akankah besok bu Fifa masih bisa tersenyum lagi? Padahal sampai batas waktu yang ditentukan kami belum dapat mengumpulkan tugas ini. Setetes air kembali jatuh membasahi mading, tapi kali ini bukan air hujan melainkan air mataku. Ibu memelukku erat-erat sambil menghiburku. Ah, ibu, engkau terlalu tegar menghadapi hidup ini walau ayah telah tiada, dan hidup kami sekarang serba kekurangan. Akupun akhirnya tertidur dipelukkan ibu diiringi rintik hujan yang mulai reda.
***

Pagi ini aku bangun kesiangan. Adikku masih tidur di sampingku. Di dapur kulihat ibu yang sedang berusaha untuk mengeringkan baju, sepatu, tas, dan buku-buku pelajaranku yang basah kuyub terkena air hujan. Ibu mengeringkan bajuku di dekat kompor.
Saat melihatku bangun, ibu tersenyum kepadaku dan berkata, “Dit, hari ini ibu sudah menitipkan surat ijin ke sekolah pada Susi”.
“Bu, tapi hari ini adalah hari terakhir pengumpulan tugas mading. Bagaimana nilai teman-teman dan Dito, Bu? Kata bu Fifa nilai itu akan dimasukkan ke dalam daftar nilai,“ ucapku sambil menangis.
Ibu menjelaskan dengan lembut bahwa bukan hanya mading dan buku-buku saja yang basah namun seragam dan alat sekolah lainnya juga basah sehingga aku tidak mungkin berangkat ke sekolah. Aku melihat ibu sangat sedih. Sedih yang mendalam seperti saat mendengar kabar bahwa ayah mengalami kecelakaan dan meninggal. Aku tidak mau ibu sedih, segera kubantu ibu megeringkan buku-bukuku. Kemudian kubantu juga ibu memasukkan keripik yang akan dijual ke dalam plastik.
“Bu, kemarin tante Rita minta tambahan 25 bungkus keripik pedas dan 10 bungkus keripik manis“ ucapku mencoba mengalihkan perhatian ibu.
Ibu hanya diam. Namun tangannya tetap cekatan membungkus keripik. Setengah jam kemudian semua keripik sudah selesai kami bungkus.
Seperti biasa, setiap pagi sebelum berangkat ke sekolah, aku mengantar keripik buatan ibuku ke warung-warung. Kali ini aku kesiangan, jadi harus cepat-cepat mengantarnya. Namun baru saja selangkah aku keluar rumah, ketiga sahabatku datang. Mereka masih mengenakan seragam sekolah. Rupanya mereka menggunakan jam istirahat untuk datang ke rumahku yang memang letaknya tidak jauh dari sekolah.
Aviv langsung bercerita kalau mading kami pasti yang paling bagus diantara mading karya kelompok lain. Si Reza berbisik di telingaku, dia minta aku memberinya secara gratis sebungkus keripik yang siap kuantar. Sementara si cerdas Floren bertanya kenapa aku izin tidak masuk sekolah hari ini.
Aku mengajak ketiga sahabatku itu masuk ke rumahku. Mading yang telah kering dan dalam keadaan tergulung itu aku serahkan kepada teman-temanku. Aku tertunduk pasrah. Apapun yang akan mereka katakana padaku akan aku terima.
Mereka mengamati mading yang telah rusak parah itu. Hening.
Aviv tiba-tiba menengadah ke atap rumahku yang bolong.
“Oh … tadi malam di sini ada hujan badai ya ?” ucapnya sambil memandang lucu ke arahku.
Aku hanya bisa mengangguk.
“Gimana dong Dit? Kita kan sudah janji sama bu Fifa kalau hari ini akan mengumpulkan mading,” ujar Reza dengan resah.
Belum sempat aku menjawab, ibuku hadir diantara kami dengan membawakan tiga cangkir teh dan dua piring keripik. Baru saja ibuku berlalu, teman-temanku langsung menyerbu keripik buatan ibu. Kurang dari lima detik dua piring keripik sudah lenyap termakan habis oleh teman-temanku.
“Aku punya ide!” seru Floren sambil mengunyah keripik yang terakhir. ”Bagaimana kalau kita membuat lagi mading yang baru?”
”Lalu apa jawab kita kalau bu Fifa nanti menanyakan tugas mading kelompok kita?” Reza menyela sambil menyeruput tehnya.
Buru-buru Aviv menyahut, ”kita jelaskan saja apa yang sebenarnya terjadi. Bu Fifa kan penuh pengertian. Pasti Bu Fifa akan mengerti mengapa kita tidak bisa mengumpulkan tugas hari ini.”
”Iya Viv aku sependapat denganmu,” imbuh Floren. Florenpun lalu menyimpulkan, ”Kalau begitu nanti sore sepulang sekolah kita kembali ke sini untuk membuat mading lagi. Setuju?”
”Setuju...,” seru kami serempak sambil melakukan tos tangan.
Tiba-tiba Yunna, adikku yang berumur 3 tahun, menghampiri kami. Dengan bicaranya yang cadel dia bercerita, “tadi pagi kak Ditto nangis, bajunya bacah, sepatunya lucak.“
“Oh iya to dik?” goda Aviv sambil bangkit dari duduknya dan berjalan menuju dapur.
Rumahku memang sangat sederhana, antara dapur dan ruang tamu tidak ada penyekatnya. Beberapa saat kemudian Aviv kembali sambil berseru, “hey awas! Ada buaya!“
“Hah! Mana!?“ seru kami kaget bukan main.
Sambil cekikikan Aviv memperlihatkan sepatuku yang menganga di depannya. Segera kuraih sepatuku dari tangan Aviv dan menyembunyikan di belakang punggung. Floren dan Reza tertawa teringkal-pingkal.
“Bungkusan kripik ini mau kau bawa kemana Dit?” tanya Reza setelah tawanya reda.
“Dititipkan ke warung-warung,“ jawabku pendek sambil masih menyembunyikan rasa malu soal sepatu.
“Kalau begitu mari kami bantu mengantar ke warung-warung sambil kami kembali ke sekolah,“ kata Aviv.
“Baiklah kalau begitu. Terimakasih sebelumnya teman-teman,” Ujarku lirih. Tak kuasa ku menolak kebaikan sahabat-sahabatku ini.
***

Sore hari mereka kembali ke rumahku. Tapi yang aneh, mereka membawa plastik berwarna hitam. Tapi aku tak begitu memedulikannya karena kami langsung membuat mading dengan begitu bersemangat. Bahkan lebih bersemangat dari sebelumnya.
“Akhirnya selesai juga mading kami,“ kata Floren sambil merentangkan tangan ke atas.
“Bagus sekali ya mading ini,“ ujar Reza dengan perasaan bangga.
“Yuk kami antarkan madding ini ke rumah bu Fifa,” ajak Aviv.
Rumah bu Fifa terletak beberapa gang dari sekolah sehingga tidak terlalu jauh dari rumahku. Kamipun berjalan beriringan menuju rumah bu Fifa. Di tengah jalan aku teringat akan bungkusan plastik hitam yang mereka bawa ke rumahku.
“Hei kalian ingat tidak dengan bungkusan plastik yang kalian bawa ke rumahku? Kenapa kalian meninggalkan plastik itu?” tanyaku pada teman-teman.
“Memang sengaja kami tingggal karena itu untuk kamu Dit,” jawab Reza sambil melirik ke arah Aviv dan Floren.
”Ah masa? Apa sih isinya?” tanyaku penasaran.
”Ada deh... Nanti lihat saja sendiri,”jawab Floren sambil senyum.
Aku makin penasaran. Tapi mereka tampak makin senang melihatku penasaran.
Kami meneruskan perjalanan.
Seusai menyerahkan tugas ke bu Fifa, kami berpisah di jalan untuk pulang ke rumnah masing-masing.
Sesampai di rumah aku langsung membuka palstik hitam itu yang ternyata berisi sepatu, dan 3 buah buku tulis baru. Aku pun langsung memeluk ketiga barang dari sahabatku itu. Terimakasih sahabat, kalian sungguh pengertian.

--o0o--

Senin, 27 Oktober 2008

JIKA AKU MENJADI PRESIDEN

TP 05
Tasya Firzannisa Mawardi Putri
Kelas 5 SD AL Firdaus Solo


Andaikan Aku Menjadi Presiden


Andaikan aku menjadi presiden, aku akan berbuat yang baik-baik. Misalnya aku akan memberikan uang kepada orang yang tidak mampu supaya mereka terbebas dari kemiskinan.

Aku akan melestarikan bumi Indonesia ini. Sekaligus juga menyadarkan seluruh rakyat bahwa bumi kita ini sangat kaya, karena alam kita sangat subur. Karena pada saat ini orang-orang tidak peduli dengan alam kita yang subur. Mereka juga tidak mencintai bangsa ini. Buktinya banyak sekali orang yang menggunakan produk dari luar negeri.

Aku pernah bertanya pada mamaku ”Ma, apa sih kerjaan Presiden?” dan ternyata pekerjaan presiden itu rumit sekali. Misalnya saja menyelesaikan masalh keuangan negara ini, terus membuat negara ini lebih maju.

Ketika mendengar semua hal tentang pekerjaan presiden, aku jadi tidak lagi berkeinginan untuk menjadi presiden jika aku besar nanti.

Lantas mamaku menambahkan bahwa ada enaknya juga menjadi presiden, misalnya saja memiliki banyak uang dan mempunyai rakyat yang cerdas dan pintar-pintar.

Lalu aku berpikir, ah ya... dengan memiliki banyak uang, aku dapat menyelesaikan masalah keuangan negara ini. Lalu memiliki rakyat yang pintar juga dapat menjadikan negara ini maju dan jaya. Selain itu ternyata pekerjaan presiden juga harus memerintah negara, menyelesaikan masalh ekonomi, selalu menghadiri pertemuan, mengunjungi presiden lain di negara lain
Banyak sekali ya ternyata kerjaannya presiden itu.

Tapi lepas dari semua hal yang rumit itu. Andaikan aku menjadi presiden aku akan membuat negara ini mampu mengalahkan negara lain terutama amerika, karena akan banyak orang pintar di bangsaku. Aku juga akan menjadi terkenal. Enak juga ya menjadi presiden..

Eits, kata mama jangan senang dulu. Untuk menjadi seorang presiden ada syarat-syaratnya juga lho! Syarat-syarat tersebut antara lain harus mendaftar dulu, selain itu umurnya harus 21 tahun dan juga harus mengetahui tentang ilmu pemerintahan, karena pekerjaan seorang presiden menyangkut ilmu pemerintahan.

Setelah kupikir-pikir mungkin saat aku sudah besar nanti aku akan lupa dengan ilmu pemerintahan yang sudah kupelajari ketika masih SD sampai lulus kuliah. Dan jika aku lupa pastinya aku tidak bisa memerintah negara dengan baik. Lantas aku tidak akan pernah menjadi presiden yang baik. Bagaimana ya, supaya aku tidak lupa??

O... iya aku tahu!!!

Pastinya aku harus :
Selalu berkonsentrasi saat ada pelajaran yang menyangkut ilmu pemerintahan
Selalu konsentrasi pada semua mata pelajaran, jangan hanya pada pelajaran yang menyangkut ilmu pemerintahan saja
Selalu mengasah otak dengan belajar
Saat sudah besar nanti, jika lupa dengan pelajaran yang menyangkut ilmu pemerintahan kita bisa bertanya dengan saudara kita yang masih ingat dengan ilmu pemerintahan
Belilah buku-buku pelajaran yang menyangkut ilmu pemerintahan

Itulah caraku supaya tidak lupa.

Ketika kusadari semua itu sudah bisa diatasi, keinginanku untuk menjadi seorang presiden semakin kuat. Dan aku selalu memikirkan bagaimana ya, rasanya menjadi seorang presiden??? Aku berfikiiiiirrr terus, sampai-sampai jika mama atau adikku berbicara aku tidak mendengarnya.

Kemudian aku memutuskan untuk menyimpan keinginanku menjadi presiden sampai aku lulus kuliah. Karena jika kupikirkan terus sedari sekarang, aku tidak akan berkonsentrasi dengan pelajaran. Dan untuk menjadi presiden yang baik hanya ada satu cara ::

BELAJARLAH DENGAN BAIK< JIKA GAGAL JANGAN TAKUT MENCOBA LAGI!!!!
KARENA KUNCI DARI KESUKSESAN ADALAH DENGAN SELALU MENCOBA

JIKA AKU MENJADI PRESIDEN

TP 05

Ratna Sekar Devina
Kelas 5 SD Al Firdaus Solo


Jika Aku Menjadi Presiden : Aku akan Menjadi Teladan

Presiden adalah pemimpin bangsa. Maka ia harus mampu menjadi teladan bagi rakyatnya. Jika aku menjadi presiden aku harus tegas kepada rakyatku. Dan aku akan memerdekakan bangsa ini sehingga bangsa Indonesia menjadi jaya, rukun, aman, damai.

Aku harus memiliki perilaku yang baik, agar seluruh rakyat meneladaniku. Aku juga akan tegas membedakan mana yang salah dan mana yang benar.

Sebagai presiden, aku akan mengajak rakyat untuk menjaga lingkungan agar senantiasa bersih. Rakyatku harus menjaga perilaku, kesopanan, ketaqwaan, keimanan, kedisiplinan dan bertanggung jawab.

Sebagai presiden, aku mesti mampu mengajak rakyat menuju bangsa yang lebih baik. Dan aku bersyukur kepada ALLAH SWT atas kemakmuran seluruh negeri.

Sebagai presiden, aku tidak akan menjadi orang yang sombong , aku akan membantu seluruh rakyat. Terutama bagi mereka yang miskin. Kepada anak-anak jalanan akn kubantu dengan menyekolahkan mereka, sehingga mereka tidak perlu mengemis dan mengamen lagi.

Negaraku akan kujadikan makmur, indah dan damai. Terakhir aku akan berdoa kepada ALLAH agar dibukakan jalan yang benar kepada orang-orang yang masih ditutup hatinya.

Minggu, 26 Oktober 2008

JIKA AKU MENJADI PRESIDEN

TP 05

Nurindria Naharista Vidyapramatya
Kelas 5 SD Al Firdaus Solo

Jika Aku Menjadi Presiden,
Insya Allah Aku Akan ......
Kalau aku menjadi presiden, aku akan melakukan hal-hal yang berguna bagi masyarakat; antara lain :
Mensejahterakan masyarakat, hal ini dapat dilakukan melalui memberantas kemiskinan. Di Indonesia masih banyak rakyat yang miskin dan yang lebih parah lagi ada juga yang masih memakan nasi aking karena tak mampu membeli beras. Tidak hanya itu saja, banyaaak sekali anak yang menderita gizi buruk dan busung lapar.
Kemudian aku akan meurunkan harga sembako. harga sembako di Indonesia sangatlah mahal, sehingga banyak rakyat kecil yang tak mampu menjangkaunya. Saat ini telur ayam saja harganya mencapai Rp. 16.000,00 tiap kilogramnya. Belum harga bahan lainnya, sungguh kasihan rakyat kecil yang akan semakin tercekik karenanya.
Kemudian aku akan memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme. Di negara hukum ini ternyata banyaaaak sekali pejabat negara yang korup, makanya kelak kalau aku menjadi presiden semua pejabat harus jujur, bersih patuh dan taat pada hukum.
Selanjutnya aku akan memajukan pendidikan dengan mendirikan sekolah gratis dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Rasanya sampai detik ini belum ada presiden yang menyekolahkan anak-anak kurang mampu ke luar negeri.
Setelah dunia pendidikan semakin maju, selanjutnya aku akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Langkah nyatanya adalah dengan membangun puskesmas dan rumah sakit gratis di seluruh pelosok negeri.
Kemudian aku akan mengkampanyekan pola hidup sehat kepada seluruh rakyat.
Langkah selanjutnya aku akan mengatasi globasl warming, dengan melakukan gerakan reboisasi massal di seluruh hutan kita yang sudah rusak. Hutan-hutan kita sekarang sudah banyak yang digunduli dengan semena-mena, karena itu aku akan menghijaukan hutan Indonesia.
aku juga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat. Saat ini di Indonesia semakin banyak saja rakyat yang miskin. Kelak, aku akan membuatkan lapangan pekerjaan yang banyaaaakkk bagi mereka.
Aku juga akan mengajak seluruh rakyat untuk mencintai produk dalam negeri. aku akan mengajak rakyat menciptakan produk yang kreatif dan inovatif sehingga tidak kalah dengan produk luar negeri. aku akan memberi hak paten bagi hasil karya anak bangsa.
Kemudian aku akan menciptakan kondisi aman dan tenteram bagi seluruh rakyat. Hal ini dapat dilakukan dengan terbentuknya polisi yang tidak dapat disuap, ataupun yang memeras rakyat. Oknum-oknum tak bertanggungjawab akan kuberantas habis.
Aku juga menggalakkan siskamling dimana-mana. selain menjaga lingkungan, siskamling juga menjadi salah satu wadah untuk menjaga kerukunan masyarakat.
Terakhir aku akan meningkatkan demokrasi melalui pendidikan politik. hal ini untuk mengurangi golput , karena mereka yang golput berarti tidak mendukung demokrasi. aku akan mengajak seluruh rakyat untuk meghargai perbedaan pendapat. dan menjunjung tinggi HAM.